Pengetahuan ilmuwan tentang atom bukan berdasarkan pengamatan langsung terhadap atom, sebab atom terlalu kecil untuk dapat diamati dan diukur secara langsung. Diameter atom diyakini sekira 30 sampai 150 pm. Dengan alat pembesar apapun, atom belum dapat diamati, tetapi gejala yang ditimbulkan oleh atom itu yang dapat diukur, seperti jejak atom, nyala, difraksi, dan yang lainnya. Sampai saat ini, teori atom yang paling mutakhir adalah berdasarkan teori mekanika kuantum dengan berbagai asumsi dan teorema.
- Partikel Subatom
Atom
dibangun oleh partikel-partikel subatom, yaitu elektron, proton, dan neutron.
Proton dan neutron berada dalam inti atom, sedangkan elektron berada dalam
ruang kebolehjadian di sekeliling inti atom. Ketiga macam partikel subatom ini
tergolong partikel dasar penyusun atom, sebab atom-atom unsur dibentuk dari
partikel-partikel tersebut.
Massa dan muatan partikel-partikel
subatom
Dalam
menyatakan massa subatom, massa proton dan massa neutron dikukuhkan sama dengan
satu, sedangkan massa elektron 1/1836 kali massa proton. Oleh karena massa
elektron jauh lebih kecil dibandingkan massa proton, maka massa elektron dapat
diabaikan terhadap massa proton.
Untuk
menyatakan muatan partikel subatom, muatan proton dikukuhkan sama dengan
positif satu, sedangkan muatan elektron sama dengan proton tetapi berlawanan
tanda, yaitu negatif satu. Neutron merupakan partikel subatom yang tidak
bermuatan, massanya lebih besar sedikit dari massa proton.
- Penemuan Elektron
Keberadaan
dan sifat-sifat elektron diketahui berdasarkan percobaan sinar katoda yang
dilakukan oleh Sir William Crookes pada tahun 1879. Dalam percobaannya, Crookes
menggunakan alat yang disebut tabung sinar katoda (CRT) atau disebut juga tabung
Crookes.
Elektroda yang dihubungkan ke kutub negatif dari sumber listrik disebut katoda, sedangkan yang dihubungkan dengan
kutub positif disebut anoda.
Jika
tabung dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan tinggi, maka dari
katoda akan terpancar seberkas sinar yang bergerak menuju anoda. Sinar itu
dinamakan sinar katoda sebab dipancarkan dari katoda. Sinar katoda memiliki
sifat partikel (memiliki massa), sebab dapat memutar baling-baling yang
dipasang pada jalannya berkas sinar katoda. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sinar katoda memiliki massa dan muatan.
Pada
tahun 1897, Sir Joseph J. Thomson menemukan angka banding muatan elektron
terhadap massa elektron, (e/m).
Magnet
yang dipasang pada alat menghasilkan medan magnet sebesar B dan memengaruhi gerakan elektron
yang dipancarkan dari katoda menuju layar. Dengan kata lain, besarnya gaya
magnet sama dengan gaya sentrifugal gerakan elektron, yakni:
Bev = (mv^2)/r
atau e/m = v/rB
Ketika medan listrik diterapkan, gaya yang
ditimbulkan oleh medan listrik (Ee)
akan
mengimbangi gaya magnet (Bev),
akibatnya:
Ee = Bev atau v
= E/B
Penggabungan diantara kedua persamaan diatas dapat
diperoleh angka banding muatan-massa elektron sebesar:
e/m =
E/(rB^2)
- Penemuan Proton
Keberadaan
proton dapat dibuktikan oleh Eugen Goldstein melalui percobaan yang serupa
dengan tabung Crookes. Pada tabung tersebut, Goldstein membuat beberapa lubang
pada katoda kemudian diisi gas hidrogen bertekanan rendah. Setelah dihubungkan
dengan sumber arus listrik searah bertegangan tinggi, pada bagian belakang
katoda terbentuk berkas sinar.
Berdasarkan data percobaan angka banding e/m menunjukkan bahwa angka banding e/m ion positif adalah 9,57
×〖10〗^4 Cg^(-1). Harga ini merupakan harga e/m terbesar dari berbagai macam gas yang diteliti. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa ion positif hidrogen merupakan partikel dasar bermuatan
positif dan dikenal dengan sebutan proton. Massa proton dapat dihitung dari
angka banding e/m
dan muatan proton, yaitu:
m =
e/(e/m) = (1,6 ×〖10〗^(-19) C)/(9,57 ×〖10〗^4 Cg^(-1)
) =11,16 ×〖10〗^(-24) g
- Penemuan Neutron
- Hampir semua partikel α diteruskan, ditunjukkan oleh banyaknya bercak hitam pada tabir ZnS yang dipasang di belakang lembaran emas.
- Sebagian kecil dari partikel α ada yang dipantulkan kembali dengan sudut pantul lebih besar dari 90o, ditunjukkan oleh adanya bercak hitam pada tabir ZnS yang dipasang di depan lembaran emas.
Percobaan hamburan partikel alfa
oleh Rutherford
- Penemuan Nomor Atom dan Nomor Massa
Berdasarkan
hasil analisis spektograf massa, menunjukkan bahwa satu macam unsur terdiri
dari atom-atom yang memiliki massa atom berbeda. Contoh, terdapat tiga jenis
atom oksigen yaitu oksigen dengan massa 15,994 sma, 16,999 sma, dan 17,997 sma.
Pembulatan ketiga bilangan ini dinyatakan sebagai nomor massa atom oksigen,
yaitu 16, 17, 18. Jelas bahwa nomor atom adalah sifat khas atom yang membedakan
dengan atom unsur lain. Jika nomor atom beda, unsur yang dibentuk juga beda,
tetapi jika nomor massa beda, belum tentu unsur yang dibentuknya beda.
Oleh
karena atom oksigen memiliki nomor massa berbeda sedangkan nomor atom sama,
maka ketiga atom tersebut dinamakan isotop dari atom oksigen, dan masing-masing
atom oksigen dengan nomor massa tertentu disebut nuklida. Lambang (8^17)O digunakan
untuk menunjukkan nuklida atom oksigen dengan 8 proton dan 9 neutron pada
lambang nuklida, indeks bawah menyatakan nomor atom, dan indeks atas menyatakan
nomor massa, yaitu menunjukkan jumlah proton dan neutron yang terdapat dalam
inti. Istilah nuklida digunakan untuk menunjukkan
jumlah neutron dan proton dalam suatu inti
atom.
Disusun oleh :
Saiful Munajat 41614010001
Abdul Karim Hanif 41614010002
Ridho Sya'bana 41614010004
UNIVERSITAS MERCU BUANA TA. 2014/2015
- Sumber Referensi
***
0 komentar:
Posting Komentar