MENGAPA HARUS UN ?
Ujian Nasional
adalah suatu tes tertulis untuk siswa yang berada di tingkatan satuan
pendidikan. Ujian Nasional (UN) berguna untuk menentukan kelulusan. Dari
perolehan nilai siswa kita mendapatkan gambaran kemampuan siswa di bidang
akademik yang cenderung fluktuatif disetiap tahunnya.
Diperlukan biaya
lebih kurang 580 milyar untuk pelaksanaan UN tersebut. Biaya itu dipergunakan antara lain untuk mencetak soal, biaya pengawasan,
biaya pengoreksian, biaya pembuatan soal dan berbagai hal lainnya.
Tahun ini, nilai akhir siswa diambil dari 60% nilai UN di
tambah 40% nilai ujian sekolah (US). Target kelulusan UN rata-rata nilai akhir
minimum adalah 5.5. selain itu nilai akhir tiap pelajaran tidak boleh dibawah
4.0. sukses UN adalah harapan kita semua, apalagi bisa meraih nlai terbaik.
Namun standar kelulusan yang kian meningkat, kadang menjadi hal yang mengerikan
bagi siswa. Mulai dari persiapan menghadapi UN, bisa tidaknya siswa menjawab
soal, sampai dengan bisa tidaknya LJK nya terbaca komputer.
Ujian nasional
bersifat menyeluruh, dalam artian sekolah negeri
maupun swasta di seluruh Indonesia wajib bagi
siswanya untuk mengikuti UN. Pada saat hasil UN dipublikasikan, banyak siswa
yang tidak lulus baik karena nilai yang di bawah kelulusan minimal, sampai
dengan LJK yang tidak terbaca oleh komputer.
Banyak penyebab
seorang siswa mendapat nilai minimum, namun yang paling mencolok adalah karena
setiap tahun nilai akhir kelulusan minimum terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini mengakibatkan ketertekanan mental siswa
saat UN, sehingga saat menjawab soal tidak percaya diri dengan kemampannya.
Ditambah lagi dengan adanya beredar kunci jawaban UN yang dapat menjerumuskan
siswa. Umumnya kunci jawaban yang tersebar itu salah sehingga menyebabkan
seorang siswa tidak lulus UN.
Lembar jawaban
komputer (LJK) yang tidak terbaca oleh komputer juga menghantarkan siswa pada
jurang ketidak lulusan. Pasalnya LJK yang akan bisa terbaca oleh komputer harus
bersih, tidak boleh terlipat, dan mambulatkan obsen “A”B”C”D”E”, hitamnya tidak
boleh keluar lingkaran.
Hal semacam ini
sangat rentan terjadi. Di tingkat sekolah dasar misalnya siswa SD yang
cenderung kepada ketidak hati-hatian dalam melingkari LJK membawa mereka kepada kegagalan UN. Di
tambah dengan kebersihan siswa SD yang sangat minim, juga berperan membawa
mereka pada ketidaklulusan.
Di tingkat SMP dan
SMA pun juga sering terjadi kesalahan dalam memperlakukan LJK. Tidak jauh
berbeda dengan tingkatan SD, siswa SMP dan SMA banyak yang tidak lulus karena
salah mengisi LJK. Dimulai dari penulisan nama, paket soal dan melingkari
jawaban. Ketidaksiapan mental dan kegugugpan pun siap membawa para siswa
berlabuh pada kegagalan. Kegugupan dan ketidaksiapan siswa dalalam menjawab
soal UN mengakibatkan tangan mereka berkeringat. Lama
kelamaan keringat yang terus bercucuran dari tangan para siswa, membasahi LJK.
Lalu apa hasilnya? Siswa tidak lulus. Hal inilah yang sangat disayangkan oleh
kita semua. Terkadang siswa yang salah mengisi LJK adalah siswa yang pintar.
Tapi karena ketidak hati hatian, maka mereka juga tidak lulus. Dari pernyataan
yang dijabarkan di atas dapat kita simpulkan bahwa UN tidak efektif sebagai
penentu kelulusan siswa.
Alangkah baiknya UN
ditiadakan, coba kita bayangkan, dana UN yang
580 milyar itu kita gunakan untuk membantu saudara kita yang ditimpa musibah,
atau pembangunan sekolah yang sangat bermanfaat bagi siswa. Tapi dengan adanya
UN dana tersebut minim manfaatnya.
Dengan tidak
lulusnya siswa dalam UN, siswa gagal dalam 3 tahun perjuangan di sekolah
tingkat SMP dan SMA. Padahal UN hanya diadakan 3 hari, dan dilaksanakan dalam
waktu 6 x 120 menit. Apakah itu setimpal dengan perjuangan siswa selama 3 tahun
di sekolahnya?
Solusi yang baik
dari metode ini adalah mengumpulkan nilai hasil pendidikan selama 3 tahun,
untuk dijadikan nilai akhir siswa. Hasil nilai ini lebih mewakili prestasi
siswa selama mengikuti proses belajar di sekolahnya, dibanding UN yang diadakan
3 hari.
Tetapi, dengan akan diadakan UN tahun ini, maka
“menghilangkan peranan guru” karena kekakuannya. Perlu di ketahui dan jadi
catatan penting bagi kita semua, bahwa “guru lebih mengenal kemampuan siswa
siswinya dari pada mesin pengelola UN”.
0 komentar:
Posting Komentar