Selasa, 16 Desember 2014

Mengapa harus UN?



MENGAPA HARUS UN ?
Ujian Nasional adalah suatu tes tertulis untuk siswa yang berada di tingkatan satuan pendidikan. Ujian Nasional (UN) berguna untuk menentukan kelulusan. Dari perolehan nilai siswa kita mendapatkan gambaran kemampuan siswa di bidang akademik yang cenderung fluktuatif disetiap tahunnya.
          Diperlukan biaya lebih kurang 580 milyar untuk pelaksanaan UN tersebut. Biaya itu dipergunakan antara lain untuk mencetak soal, biaya pengawasan, biaya pengoreksian, biaya pembuatan soal dan berbagai hal lainnya.
          Tahun ini, nilai akhir siswa diambil dari 60% nilai UN di tambah 40% nilai ujian sekolah (US). Target kelulusan UN rata-rata nilai akhir minimum adalah 5.5. selain itu nilai akhir tiap pelajaran tidak boleh dibawah 4.0. sukses UN adalah harapan kita semua, apalagi bisa meraih nlai terbaik. Namun standar kelulusan yang kian meningkat, kadang menjadi hal yang mengerikan bagi siswa. Mulai dari persiapan menghadapi UN, bisa tidaknya siswa menjawab soal, sampai dengan bisa tidaknya LJK nya terbaca komputer.
          Ujian nasional bersifat menyeluruh, dalam artian sekolah negeri maupun swasta di seluruh Indonesia wajib bagi siswanya untuk mengikuti UN. Pada saat hasil UN dipublikasikan, banyak siswa yang tidak lulus baik karena nilai yang di bawah kelulusan minimal, sampai dengan LJK yang tidak terbaca oleh komputer.
          Banyak penyebab seorang siswa mendapat nilai minimum, namun yang paling mencolok adalah karena setiap tahun nilai akhir kelulusan minimum terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan ketertekanan mental siswa saat UN, sehingga saat menjawab soal tidak percaya diri dengan kemampannya. Ditambah lagi dengan adanya beredar kunci jawaban UN yang dapat menjerumuskan siswa. Umumnya kunci jawaban yang tersebar itu salah sehingga menyebabkan seorang siswa tidak lulus UN.
          Lembar jawaban komputer (LJK) yang tidak terbaca oleh komputer juga menghantarkan siswa pada jurang ketidak lulusan. Pasalnya LJK yang akan bisa terbaca oleh komputer harus bersih, tidak boleh terlipat, dan mambulatkan obsen “A”B”C”D”E”, hitamnya tidak boleh keluar lingkaran.
          Hal semacam ini sangat rentan terjadi. Di tingkat sekolah dasar misalnya siswa SD yang cenderung kepada ketidak hati-hatian dalam melingkari  LJK membawa mereka kepada kegagalan UN. Di tambah dengan kebersihan siswa SD yang sangat minim, juga berperan membawa mereka pada ketidaklulusan.
          Di tingkat SMP dan SMA pun juga sering terjadi kesalahan dalam memperlakukan LJK. Tidak jauh berbeda dengan tingkatan SD, siswa SMP dan SMA banyak yang tidak lulus karena salah mengisi LJK. Dimulai dari penulisan nama, paket soal dan melingkari jawaban. Ketidaksiapan mental dan kegugugpan pun siap membawa para siswa berlabuh pada kegagalan. Kegugupan dan ketidaksiapan siswa dalalam menjawab soal UN mengakibatkan tangan mereka berkeringat. Lama kelamaan keringat yang terus bercucuran dari tangan para siswa, membasahi LJK. Lalu apa hasilnya? Siswa tidak lulus. Hal inilah yang sangat disayangkan oleh kita semua. Terkadang siswa yang salah mengisi LJK adalah siswa yang pintar. Tapi karena ketidak hati hatian, maka mereka juga tidak lulus. Dari pernyataan yang dijabarkan di atas dapat kita simpulkan bahwa UN tidak efektif sebagai penentu kelulusan siswa.
          Alangkah baiknya UN ditiadakan, coba kita bayangkan, dana UN yang 580 milyar itu kita gunakan untuk membantu saudara kita yang ditimpa musibah, atau pembangunan sekolah yang sangat bermanfaat bagi siswa. Tapi dengan adanya UN dana tersebut minim manfaatnya.
          Dengan tidak lulusnya siswa dalam UN, siswa gagal dalam 3 tahun perjuangan di sekolah tingkat SMP dan SMA. Padahal UN hanya diadakan 3 hari, dan dilaksanakan dalam waktu 6 x 120 menit. Apakah itu setimpal dengan perjuangan siswa selama 3 tahun di sekolahnya?
          Solusi yang baik dari metode ini adalah mengumpulkan nilai hasil pendidikan selama 3 tahun, untuk dijadikan nilai akhir siswa. Hasil nilai ini lebih mewakili prestasi siswa selama mengikuti proses belajar di sekolahnya, dibanding UN yang diadakan 3 hari.
          Tetapi, dengan akan diadakan UN tahun ini, maka “menghilangkan peranan guru” karena kekakuannya. Perlu di ketahui dan jadi catatan penting bagi kita semua, bahwa “guru lebih mengenal kemampuan siswa siswinya dari pada mesin pengelola UN”.

0 komentar:

Posting Komentar