Sabtu, 30 Mei 2015

Bonus Demografi : Antara Komitmen dan Wacana


Indonesia saat ini tengah mengalami transisi demografi dalam konteks yang sangat menguntungkan atau dengan kata lain Indonesia kini tengah menikmati adanya bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktifnya, yaitu yang berusia 15 sampai 64 tahun merupakan proporsi yang terbesar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktifnya (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun) dan akan mengalami puncaknya pada tahun 2020 sampai 2030 mendatang. Tentu kondisi ini harus dijadikan sebagai peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Karena pada kondisi ini, konstribusi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan keproduktifannya terhadap pembangunan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Dengan demikian, ini merupakan suatu kesempatan emas bagi bangsa Indonesia apabila kondisi ini dapat terealisasikan dengan sebaik-baiknya. 
Namun, apakah bisa dipastikan seluruh jumlah penduduk usia produktifnya telah produktif terhadap pembangunan bangsa dan negara? Dengan komposisi jumlah penduduk usia produktif yang begitu tinggi setiap tahunnya, berarti akan berdampak pada kenaikan jumlah tenaga kerja potensial. Masalah yang paling nyata saat ini adalah kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Yang menimbulkan pertanyaan adalah apakah Indonesia telah mampu mempersiapkan lapangan pekerjaan untuk menampung para jumlah tenaga kerja potensialnya yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya? Apabila lapangan pekerjaan pun telah tersedia, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah sumber daya manusia yang sangat melimpah di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia kerja, baik di dalam ataupun di luar negeri?
Elan Satriawan, M.Ec., Ph.D, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM mengatakan bahwa, potensi bonus demografi seharusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia jika penduduk yang masuk dalam kategori usia produktif mendapatkan pendidikan yang bagus. “Pekerja kita secara umum, masih kurang kompetitif dibandingkan Thailand, China, dan Singapura”, pungkasnya. Baca disini.

Gambar 1. Jumlah tenaga kerja potensial yang berbanding terbalik dengan ketersediaannya jumlah lapangan pekerjaan

Oleh karena itu, adanya bonus demografi ini juga dapat berubah menjadi gelombang pengangguran massal (khususnya yang dikhawatirkan bagi pengangguran terdidik) dan semakin menambah beban anggaran negara. “Ke depan kita akan banyak pengangguran intelek karena sekarang kan pendidikan gratis. Yang sulit itu kesempatan kerja. Pengangguran terdidik akan tinggi”, ujar ekonom Aviliani. Baca disini.
Gambar 2. Komparasi Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2012

         Namun, yang menjadi formulasi permasalahan saat ini adalah bagaimana cara yang sebenarnya untuk memaknai bonus demografi itu sendiri? Bonus demografi merupakan kesempatan baik yang tentu saja tidak boleh hanya dijadikan sebagai wacana saja, tetapi perlu adanya keseriusan untuk bekerja lebih keras dalam pengevaluasian bangsa dan negara sehingga kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari adanya kondisi bonus demografi ini dapat tercapai, yaitu terciptanya kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Kesempatan untuk meraih kesejahteraan bangsa ini tentu tidak hanya mengandalkan pada sumber daya manusia yang berkompeten saja, namun menjadi kewajiban bagi seluruh komponen bangsa dalam berbagi tugas untuk pembenahan dan perbaikan pada setiap komponen. Dalam kondisi seperti ini, seluruh komponen bangsa Indonesia hendaknya berkomitmen tinggi demi kemudahan dalam pencapaian tujuan dari bonus demografi yang sebenarnya. Pemahaman yang jelas terhadap apa makna yang sebenarnya dari bonus demografi ini, itu yang akan menjadi dasar komitmen untuk meraih kesempatan emas tersebut. Dengan demikian, informasi tujuan dari bonus demografi ini sepatutnya dapat secara luas disampaikan pemahamannya bagi seluruh komponen bangsa indonesia, yaitu sebagai kondisi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, serta pembangunan yang lebih baik demi kesejahteraan bangsa dan negara. Maka, dari tujuan tersebut sudah selayaknya bonus demografi menjadi awal komitmen bagi komponen bangsa secara keseluruhan, bukan hanya sebagai wacana saja tanpa adanya perbaikan dan pembenahan pada setiap komponen agar menjadi lebih baik di masa mendatang.

 
Dialog : Bonus Demografi di Masa Jokowi-JK

Ditulis oleh :
Ridho Sya'bana
Mahasiswa Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
Universitas Mercu Buana


***

25 komentar:

Unknown mengatakan...

Memang yang dari dulu menjadi masalah membludaknya pengangguran adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup. Bahkan seorang sarjana pun ada yang belum memiliki pekerjaan dikarenakan masalah tersebut. Namun dari dulu bangsa indonesia hanya berpikir setelah lulus bersekolah hanya ingin bekerja...bekerja...dan bekerja, kenapa sedikit sekali yang ingin menjadi wirausaha.

Namun ketersedikitan minat warga Indonesia menjadi wirausahawan adalah disebabkan juga kurangnya pengarahan, pendidikan, dan keseriusan untuk menjadi wirausahawan dari para tenaga pendidikan.
Padahal dengan adanya penambahan para wirausahawan akan berdampak baik bagi terciptanya lapangan pekerjaan dan juga guna untuk meningkatkan kondisi ekonomi Indonesia.

Unknown mengatakan...

bicara tentang bonus demografi mungkin tidak asing lagi bagi kita, yaitu dengan adanya bonus demografi harus diadakannya kesadaran pribadi untuk memanfaatkan peluang tersebut guna untuk meningkatkan mutu dan nilai perekonomian diindonesia dan mampu mengurangi pengangguran yang semakin semarak saat ini. dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan, dan adanya pula kesadaran orang tua untuk mendidik anak sejak dini supaya terbentuk pribadi yang kreatif dan inovatif serta mampu bersaing dibidang tekhnologi dan informasi di era globalisasi.

AMAD SAEFRUDIN mengatakan...

Mahasiswa saat ini harus menciptakan lapangan pekerjaan !!! semangat .. semangat ..

linda arifah mengatakan...

Salam Mahasiswa SEMANGAT!

Fajar Hidayat mengatakan...

Seseorang yg memiliki potensial yang tinggi biasanya lebih memilih untuk bekerja di luar negeri untuk kesejahteraannya sendiri. Namun jika seseorang yg memiliki potensial tinggi tersebut lebih memilih bekerja di negerinya sendiri maka seseorang tersebut dapat membantu membangun negaranya sendiri serta mengurangi angka penggangguran dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan. Orang yg memiliki potensial mampu beramal kepada sesama umatnya dengan cara mengajar/membagi ilmu pengetahuan terhadap orang yg kurang mampu.

Di sisi lainnya...anak muda saat ini lebih memilih bersenang-senang akan harta keluarganya. Sehingga jika lulus sarjana dikhawatirkan menjadi Penggangguran terdidik. Hal tersebut tentu menjadi beban untuk anggaran negaranya.

Ayu SA mengatakan...

Peningkatan kualitas SDM tentunya sangat diperlukan untuk mengimbangi bonus demografi ini agar SDM Indonesia tidak kalah saing dengan SDM luar, apalagi di jaman sekarang ini kita tidak hanya bersaing di dalam negeri saja tetapi juga SDM luar negeri, hal ini tentu saja akan semakin menambah pengangguran jika kita tidak bisa bersaing secara internasional.

Unknown mengatakan...

penjngkatan kualitas SDM di Indonesia membuat persaingan dengan pekerja yg sudah ada, bahkan banyak pekerja yg sudah ada tergeser posisinya dengan orang baru yg memiliki kompetensi yg lebih.

Unknown mengatakan...

Wah bagus artikelnya dho

Unknown mengatakan...

Wah bagus artikelnya dho

ijaz nisaayda mengatakan...

Saya setuju bahwa SDM di Indonesia itu harus dilakukan pembenahan dan perbaikan demi terwujudnya pembangunan bangsa dan negara yang lebih baik ke depannya..

Kucing pink mengatakan...

Kurangnya lapangan pekerjaan sebenarnya menjadi masalah utama. Namum utk membuka sebuah lapangan pekerjaan banyak hal2 yang menjadi ganjalan, modal terutama. Dan kurangnya apresiasi pemerintah terhadap pekerja lokal juga membuat tenaga ahli memilih 'pergi' dr negara kita. Misalnya freeport. Padahal bisa saja pemerintah mencari tenaga ahli dari indonesia namun dia memilih sebaliknya. Kalo begini terus kapan indonesia bisa melangkah dengan mandiri?

Unknown mengatakan...

pemerintah seharusnya harus pintar dalam mengatur masalah lapangan pekerjaan bagi rakyatnya sendiri. bagi warganya juga seharusnya telah memiliki keahlian tersendiri dan lebih kreatif untuk dapat membuat lapangan kerja baru, dengan kata lain sumber daya manusia kita harus di tingkatin

Windi mengatakan...

Keseriusan akan dampak dari meningkatnya pengangguran di Indonesia harus segera diatasi. Kita jangan menunggu terlalu lama kebijakan yang diambil oleh pemerintah, kita bangsa Indonesia sepatutnya harus bisa berpikir untuk membuat lapangan pekerjaan sendiri dengan modal keterampilan dan daya intelektual yang ada pada diri kita sendiri

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Wah artikelnya berbobot banget do!

Unknown mengatakan...

Good artikel

Unknown mengatakan...

Artikel yang sangat bagus, memang pada faktanya SDM di Indonesia perlu diadakan evaluasi guna bersaing kompetitif secara internasional..

Unknown mengatakan...

Selayaknya lonjakkan tenaga kerja seperti saat ini harus diimplementasikan dengan sebaik-baiknya, harus lihat SDM nya terlebih dahulu, sudah siap apa belum, lihat juga kondisi lapangan pekerjaannya, sudah mumpuni apa belum. Keadaan seperti janganlah hanya sebatas omongan, namun perlu adanya tindakan serius dari semua pihak

Unknown mengatakan...

Sangat setuju dho! Indonesia perlu pengevaluasian keproduktifan penduduk

ijaz nisaayda mengatakan...

Semangat mahasiswa!!!

Unknown mengatakan...

Pemerintah dan masyarakat harus saling pengertian mengenai kondisi kependudukan Indonesia yang sudah overweight ini, jangan hanya banyak bicara tanpa tindakan nyata. Kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya merasa malu dengan negara luar yang dapat meminimalisir masalah kependudukan

Unknown mengatakan...

Saya sangat setuju dho, jangan hanya peran kita sebagai masyarakat awam mengenai masalah kependudukan ini, sangat dibutuhkan juga dari kebijakan pemerintah. Informasi mengenai bonus demografi juga masih belum meluas ke berbagai daerah sehingga sangat menyayangkan jika SDM, lapangan pekerjan merasa belum siap dan belum mampu bersaing dengan negara luar

Nurulita Rahayu mengatakan...

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa bertambahnya usia produktif yang seharusnya dapat membawa keuntungan untuk Indonesia kini memunculkan masalah baru, yaitu pengangguran akibat minimnya lahan pekerjaan. Mulai dari dini kita harus mengubah mindset kita sebagai generasi muda, “lebih baik menggaji orang lain, daripada digaji”. Hal-hal kecil dapat kita mulai dengan membuka lapangan kerja baru dalam skala menengah keatas seperti berwirausaha, memperdayakan warga-warga sekitar untuk mengolah sumber daya yang berpotensi dan sebagainya. Kedengarannya memang sulit, tetapi apabila diniati maka akan membuahkan hasil. Bekerja tidak berarti hanya mengerjakan tugas kantoran atau semacamnya, bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin dan dapat menghasilkan tentunya dapat dilakukan dimana saja. Sering kali kita temui tujuan pelajar setelah selesai mengenyam pendidikan adalah mencari pekerjaan. Jika dicermati kita memiliki potensi tersendiri untuk membuka wadah baru dimana kita akan menampung orang banyak disekitar. Wadah inilah hasil dari buah pemikiran kita ditambah tekad kerja keras yang kita miliki. Semua pilihan ada di tangan kita, jadi teruslah berusaha untuk membangun Indonesia dan menebar kebaikan untuk negeri tercinta :) :)

Unknown mengatakan...

salam mahasiswa !! semangat pemuda bangsa !!!

Unknown mengatakan...

yap untuk meningkatkan SDM Indonesia kalo menurut saya diperlukan kesadaran dari manusianya itu sendiri untuk mendapatkan SDM yg berkualitas . Good artikel salam mahasiswa sistem informasi

Posting Komentar