Jumat, 31 Oktober 2014

Gerakan Langkah Hijau

        Kita sebagai khalifah bumi hendaknya berprinsip untuk memulai suatu gerakan berperilaku, bertindak, dan berkebiasaan "hijau", saya setuju itu. Kita harus terlebih dahulu melakukan kesadaran diri sendiri akan kepentingan lingkungan sekitar, terkhusus lingkungan di dalam rumah kita sendiri. Hal-hal sekecil pun, seperti kurang adanya penghijauan di halaman sekitar teras rumah, itu pun bisa dikatakan kita tidak perduli terhadap kondisi bumi saat ini dan merasa acuh dengan gerakan Go Green yang dicanangkan di setiap daerah. Selain itu, menurut saya akan menjadi lebih baik jika dilakukan penghematan pemakaian kendaraan bermotor dan sebaiknya dialihkan dengan berjalan kaki dan bersepeda, seperti program CFD atau jalan sehat. Kemudian yang paling penting, di zaman sekarang ini sudah maraknya perindustrian di kota-kota kecil atau pedesaan yang dimana pengalihan fungsi lahan hijau menjadi fungsi pembangunan mall, property, perindustrian, dan lain-lain yang menurut saya itu sama saja bunuh diri, bunuh mereka, dan bunuh kita yang masih berdomisili di bumi ini. Tentu kita tidak ingin bumi menjadi kadaluarsa karena ulah dari kita sendiri, bukan?

  
***

Kerusakan Hutan Tidak Terkendali

        Sudah sepatutnya eksploitasi dan eksplorasi hutan secara berlebihan bahkan tidak mementingkan aspek lingkungan didalamnya, hendaknya menjadi permasalahan serius yang harus diperhatikan saat ini. Sudah menjadi fakta jika hutan-hutan primer di Indonesia perlahan semakin gundul, khususnya di pulau Jawa yang lagi gencar-gencarnya melakukan pembangunan. Lahan hutan dialihkan fungsinya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk keperluan pembangunan, perindustrian, finansial, bahkan ekonomi. Kadar oksigen pun akan semakin berkurang yang dampak parahnya akan terjadi pada anak cucu kita kelak. Jika kualitas hutan semakin berkurang, tidak ada lagi yang dapat membantu menyerap air melalui perakarannya yang lebat di setiap pohon-pohonnya yang rindang jika terjadi musim hujan, itulah dampak terjadinya banjir. Menurut saya, salah satu cara yang diperlukan untuk menanggulangi penjarahan hutan yang semakin liar, yaitu dengan melakukan sistem tebang pilih yang dimana hanya menebang pohon-pohon yang sudah tua saja. Dan pesan saya, janganlah kita mengambil keputusan untuk menjarahkan hutan kita jika kita sendiri pun tidak bertanggung jawab untuk memulihkan atau menanamkannya kembali.

  
***

Ekosistem Makin Amburadul

        Tingkat keselarasan ekosistem lingkungan dengan kuantitas manusia di bumi ini sudah semakin jauh dengan apa diperkirakan. Jumlah manusia yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan kualitas ekosistem lingkungannya, yang ada sesuai fakta kondisi ekosistem semakin amburadul dengan perilaku karakter manusia itu sendiri yang tidak bertanggung jawab. Sebagai contoh, penumpukkan sampah terjadi dimana saja, bahkan di kota-kota besar sekalipun, pemilahan sampah yang hanya sebatas di mulut saja, perokok aktif semakin merajalela, meningkatnya polusi pembakaran pembuangan gas karbon monoksida (CO), bahkan pencanangan upaya untuk menanggulangi kerusakan ekosistem cenderung hanya di bibir saja, tanpa adanya kerja nyata. Hanya ada satu cara untuk setidaknya meminimalisir kerusakan ekosistem yang terjadi di bumi ini agar kehidupan manusia selamat, yaitu self-awareness (kesadaran diri) akan keperduliannya terhadap lingkungan sekitar.

  
***

Bagaimana Menangani Banjir

        Banjir memang suatu bencana yang datang tanpa diundang dan pergi tanpa pamitan. Iya benar tanpa diundang karena tidak ada satupun umat manusia yang menginginkan adanya bencana banjir, tetapi jika kita dapat mengintrospeksi diri lebih dalam lagi sebenarnya kita secara tidak sadar telah mengundang terjadinya bencana banjir ini, dengan membuang sampah sembarang tempat, bahkan ada yang di pinggiran sungai, sungguh nonsense bukan? Ada juga yang melakukan penebangan hutan secara liar dan ilegal, kurang adanya area peresapan air, serta lahan hijau yang semakin berkurang. Hal-hal itu bisa dikatakan sepele, tetapi kenapa masih banyak saja oknum yang melakukannya? Iya, itu kembali lagi karena adanya ketidakperdulian dan kurang adanya kesadaran diri sendiri terhadap lingkungan sekitarnya, yang dimana dampaknya bukan hanya sekedar bencana banjir, tetapi bencana global warming yang akan terjadi beberapa puluh tahun ke depan.

  
***

Pakai Otak dan Hati dalam Mengelola Lingkungan

         Dalam mengelola lingkungan, saya sangat setuju jika kita tidak hanya mengandalkan akal pikiran saja, tetapi juga diseimbangkan dengan perasaan atau hati kita. Tetapi, di zaman sekarang ini terkadang oknum-oknum kerusakan lingkungan hanya mengandalkan akal pikiran saja, seperti dalam penebangan hutan secara ilegal dilakukan atas dasar finansial tanpa memikirkan bagaimana dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bumi beberapa puluh tahun ke depannya, disinilah sebenarnya digunakan hati atau perasaan kita. Dimana dalam mengelola lingkungan, kita hendaknya harus berprinsip untuk dapat melestarikannya dan bermanfaat bagi orang banyak, berarti kita harus mempadukan akal pikiran dengan perasaan kita agar tidak terjadi kerusakan atau penjarahan terhadap lingkungan sekitar kita. Karena menurut saya, jika kita melakukan sesuatu didasarkan atas perasaan dan niat yang tulus dan baik untuk sesama, tentu kita akan mempergunakan akal pikiran kita secara logis yang sesuai dengan niat awal kita sebelumnya.