Jumat, 31 Oktober 2014

Pemanasan Global Akibat Ulah Manusia


    Kasus degradasi kualitas lingkungan memang sudah menjadi isapan jempol belaka di zaman modern yang semakin canggih ini. Itu semua kembali lagi karena ulah dari manusia itu sendiri, hampir seluruh manusia di bumi ini pasti berkontribusi dalam proses pemanasan global yang sudah marak atau sudah kita rasakan saat ini, seperti cuaca ekstrim, banjir dimana-mana, atau bahkan penyakit kulit yang sudah banyak diderita oleh sebagian manusia saat ini. Kita sebagai manusia hendaknya bertanggung jawab terhadap kesalahan apa yang telah kita lakukan selama ini, seperti menjaga kelestarian hutan, tetapi tidak menutup kemungkinan kerusakan ekosistem hutan semakin marak terjadi. Terbukti penjarahan hutan kita semakin liar dilakukan, tentu itu dapat mengurangi kadar oksigen di Indonesia, bahkan di dunia. Jika kadar oksigen berkurang di atmosfer dan kadar karbon dioksida bertambah, lapizan ozon akan perlahan-lahan menipis dan berlobang yang mengakibatkan sinar UV dengan cepatnya masuk ke bumi dan mematikan kehidupan makhluk hidup secara perlahan-lahan, itulah penyebab dari adanya efek rumah kaca. Sudah sepatutnya eksploitasi dan eksplorasi hutan secara berlebihan bahkan tidak mementingkan aspek lingkungan didalamnya, hendaknya menjadi permasalahan serius yang harus diperhatikan saat ini. Lahan hutan dialihkan fungsinya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk keperluan pembangunan, perindustrian, finansial, bahkan ekonomi. Salah satu cara yang diperlukan untuk menanggulangi penjarahan hutan yang semakin liar, yaitu dengan melakukan sistem tebang pilih yang dimana hanya menebang pohon-pohon yang sudah tua saja. Menurut saya, janganlah kita mengambil keputusan untuk menjarahkan hutan kita jika kita sendiri pun tidak bertanggung jawab untuk memulihkan atau menanamkannya kembali.



    Dan yang paling sering kita rasakan sehari-hari adalah asap rokok, sungguh sudah dipastikan perokok pasif lebih mendominasi dibandingkan perokok aktif, itu berdampak sangat buruk bagi kesehatan manusia karena asap rokok dikeluarkan bercampur dengan udara sekitarnya dan terhirup dengan orang banyak dan berdampak sangat buruk terhadap kesehatan orang-orang sekitar, melebihi dampaknya terhadap dirinya sendiri, sungguh egois. Kita sebagai manusia hendaknya dapat meminimalisir pencemaran udara, seperti penanaman seribu pohon perharinya untuk menaikkan kadar oksigen di udara, mengurangi pemakaian CFC, serta mengurangi kuantitas kendaraan bermotor.


     Selain itu, salah satu faktor utama terjadinya pemanasan global yang lainnya adalah meningkatnya pencemaran udara akibat dari ulah-ulah manusia itu sendiri, terutama di kota-kota besar, seperti polusi pembakaran kendaraan bermotor, asap pembuangan CFC, asap pabrik industri, bahkan asap rokok sekalipun. Semakin meningkatnya pembuangan gas CFC pada barang tertentu dikarenakan tidak semua manusia dapat mengelompokkan barang apa saja yang mengandung gas CFC itu.


    Kendaraan bermotor sudah mencapai titik terbesar dalam kuantitasnya, sudah tidak terbayangkan berapa juta ton gas karbon monoksida (CO) yang dikeluarkan per harinya, serta maraknya perindustrian di kota-kota besar yang tidak menjaga kelestarian lingkungannya, seperti pembuangan limbah di aliran sungai, polusi asap pabrik, serta bahkan bisa mengakibatkan penyakit-penyakit pernapasan. Tetapi fakta yang diterima, perindustrian pasti dalam pengelolaannya nanti akan mencemari lingkungan atau bahkan merusaknya.




    Namun, di zaman sekarang ini terkadang oknum-oknum kerusakan lingkungan hanya mengandalkan akal pikiran saja, seperti dalam penebangan hutan secara ilegal dilakukan atas dasar finansial tanpa memikirkan bagaimana dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bumi beberapa puluh tahun ke depannya, disinilah sebenarnya digunakan hati atau perasaan kita. Karena menurut saya, jika kita melakukan sesuatu didasarkan atas perasaan dan niat yang tulus dan baik untuk sesama, tentu kita akan mempergunakan akal pikiran kita secara logis yang sesuai dengan niat awal kita sebelumnya.

    Kita sebagai khalifah bumi hendaknya berprinsip untuk memulai suatu gerakan berperilaku, bertindak, dan berkebiasaan "hijau" dengan memulai suatu tindakan untuk tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi adanya penjarahan hutan secara liar dan ilegal, perbanyak area resapan air, serta meningkatkan penghijauan untuk kebahagiaan hidup generasi-generasi kita selanjutnya. Tetapi kenapa masih banyak saja oknum yang mengacuhkannya? Iya, itu kembali lagi karena adanya ketidakperdulian dan kurang adanya kesadaran diri sendiri (self-awareness) terhadap lingkungan sekitarnya yang menurut saya itu sama saja bunuh diri, bunuh mereka, dan bunuh kita yang masih berdomisili di bumi ini.

***

Sumber Gambar

Disusun oleh :
Ridho Sya'bana 41614010004
Mahasiswa Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
UNIVERSITAS MERCU BUANA TA. 2014/2015

0 komentar:

Posting Komentar