Kasus degradasi kualitas
lingkungan memang sudah menjadi isapan jempol belaka di zaman modern yang
semakin canggih ini. Itu semua kembali lagi karena ulah dari manusia itu
sendiri, hampir seluruh manusia di bumi ini pasti berkontribusi dalam proses
pemanasan global yang sudah marak atau sudah kita rasakan saat ini, seperti
cuaca ekstrim, banjir dimana-mana, atau bahkan penyakit kulit yang sudah banyak
diderita oleh sebagian manusia saat ini. Kita sebagai manusia hendaknya
bertanggung jawab terhadap kesalahan apa yang telah kita lakukan selama ini,
seperti menjaga kelestarian hutan, tetapi tidak menutup kemungkinan kerusakan
ekosistem hutan semakin marak terjadi. Terbukti penjarahan hutan kita semakin
liar dilakukan, tentu itu dapat mengurangi kadar oksigen di Indonesia, bahkan
di dunia. Jika kadar oksigen berkurang di atmosfer dan kadar karbon dioksida
bertambah, lapizan ozon akan perlahan-lahan menipis dan berlobang yang
mengakibatkan sinar UV dengan cepatnya masuk ke bumi dan mematikan kehidupan
makhluk hidup secara perlahan-lahan, itulah penyebab dari adanya efek rumah
kaca. Sudah sepatutnya eksploitasi dan eksplorasi hutan secara berlebihan bahkan
tidak mementingkan aspek lingkungan didalamnya, hendaknya menjadi permasalahan
serius yang harus diperhatikan saat ini. Lahan hutan dialihkan fungsinya oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk keperluan pembangunan,
perindustrian, finansial, bahkan ekonomi. Salah satu cara yang diperlukan untuk
menanggulangi penjarahan hutan yang semakin liar, yaitu dengan melakukan sistem
tebang pilih yang dimana hanya menebang pohon-pohon yang sudah tua saja.
Menurut saya, janganlah kita mengambil keputusan untuk menjarahkan hutan kita
jika kita sendiri pun tidak bertanggung jawab untuk memulihkan atau
menanamkannya kembali.
Dan yang paling sering kita rasakan
sehari-hari adalah asap rokok, sungguh sudah dipastikan perokok pasif lebih
mendominasi dibandingkan perokok aktif, itu berdampak sangat buruk bagi
kesehatan manusia karena asap rokok dikeluarkan bercampur dengan udara
sekitarnya dan terhirup dengan orang banyak dan berdampak sangat buruk terhadap
kesehatan orang-orang sekitar, melebihi dampaknya terhadap dirinya sendiri,
sungguh egois. Kita sebagai manusia hendaknya dapat meminimalisir pencemaran
udara, seperti penanaman seribu pohon perharinya untuk menaikkan kadar oksigen
di udara, mengurangi pemakaian CFC, serta mengurangi kuantitas kendaraan
bermotor.
Selain itu, salah satu faktor
utama terjadinya pemanasan global yang lainnya adalah meningkatnya pencemaran
udara akibat dari ulah-ulah manusia itu sendiri, terutama di kota-kota besar,
seperti polusi pembakaran kendaraan bermotor, asap pembuangan CFC, asap pabrik
industri, bahkan asap rokok sekalipun. Semakin meningkatnya pembuangan gas CFC
pada barang tertentu dikarenakan tidak semua manusia dapat mengelompokkan
barang apa saja yang mengandung gas CFC itu.
Kendaraan bermotor sudah mencapai
titik terbesar dalam kuantitasnya, sudah tidak terbayangkan berapa juta ton gas
karbon monoksida (CO) yang dikeluarkan per harinya, serta maraknya
perindustrian di kota-kota besar yang tidak menjaga kelestarian lingkungannya,
seperti pembuangan limbah di aliran sungai, polusi asap pabrik, serta bahkan
bisa mengakibatkan penyakit-penyakit pernapasan. Tetapi fakta yang diterima,
perindustrian pasti dalam pengelolaannya nanti akan mencemari lingkungan atau
bahkan merusaknya.
Namun, di zaman sekarang ini
terkadang oknum-oknum kerusakan lingkungan hanya mengandalkan akal pikiran
saja, seperti dalam penebangan hutan secara ilegal dilakukan atas dasar
finansial tanpa memikirkan bagaimana dampak yang sangat buruk bagi kehidupan
bumi beberapa puluh tahun ke depannya, disinilah sebenarnya digunakan hati atau
perasaan kita. Karena menurut saya, jika kita melakukan sesuatu didasarkan atas
perasaan dan niat yang tulus dan baik untuk sesama, tentu kita akan
mempergunakan akal pikiran kita secara logis yang sesuai dengan niat awal kita
sebelumnya.
Kita sebagai khalifah bumi
hendaknya berprinsip untuk memulai suatu gerakan berperilaku, bertindak, dan
berkebiasaan "hijau" dengan memulai suatu tindakan untuk tidak
membuang sampah sembarangan, mengurangi adanya penjarahan hutan secara liar dan ilegal, perbanyak
area resapan air, serta meningkatkan penghijauan untuk kebahagiaan hidup
generasi-generasi kita selanjutnya. Tetapi kenapa masih banyak saja oknum yang
mengacuhkannya? Iya, itu kembali lagi karena adanya ketidakperdulian dan kurang
adanya kesadaran diri sendiri (self-awareness) terhadap lingkungan sekitarnya
yang menurut saya itu sama saja bunuh diri, bunuh mereka, dan bunuh kita yang
masih berdomisili di bumi ini.
***
Sumber Gambar
Disusun oleh :
Ridho Sya'bana 41614010004
Mahasiswa Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
UNIVERSITAS MERCU BUANA TA. 2014/2015
0 komentar:
Posting Komentar