Dari
sekian banyak senyawa penyedap citarasa yang beredar bebas di pasaran, seperti
Disodium inosinat (IMP), Disodium guanilat (GMP), Maltol, 5 Nukleotida,
Monosodium glutamat (MSG) dan lain sebagainya, ternyata hanya MSG yang
paling banyak dikonsumsi masyarakat dan paling populer di pasaran karena
kemurahan dan keefektifannya dalam menguatkan rasa. Junk food adalah contoh
makanan dengan kandungan MSG paling banyak. Hampir setiap masakan di rumah
makan atau warung-warung, seperti sayur asem, sup ayam, saus tomat, kecap,
bumbu mie instan dan lain sebagainya dipastikan tidak luput dari yang namanya
michin atau MSG untuk menambahkan citarasa masakan menjadi lebih nikmat dan
gurih. Tentu setiap orang tidak ingin menikmati masakan yang hambar, dari
alasan inilah MSG diperlukan, baik dalam makanan siap saji, makanan beku,
ataupun makanan kaleng.
Ternyata
dibalik kenikmatan MSG ini, terdapat efek samping yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh manusia, terutama kesehatan pada anak-anak yang masa pertumbuhannya lebih
sensitif dibandingkan orang dewasa. Asam glutamat dan Gamma-asam aminobutrat
yang terdapat pada MSG dapat memengaruhi transmisi sinyal dalam otak. Asam
glutamat dapat meningkatkan transmisi sinyal pada otak, sedangkan Gamma-asam
aminobutrat menurunkannya. Jika seseorang mengonsumsi MSG secara berlebihan,
tentu itu dapat merusak kesetimbangan transmisi sinyal pada otak manusia yang
bisa berakibat kelumpuhan. MSG sebenarnya aman dikonsumsi sejauh tidak
berlebihan. Batasan aman penggunaan MSG per hari menurut WHO (World Health
Organization) sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan. Meski dinilai aman,
MSG tidak diperlukan bagi seseorang yang tengah mengidap cedera otak karena
stroke, terbentur, terluka, ataupun penyakit syaraf.
Walaupun
sebagian orang ada yang mengonsumsi MSG tidak mendapatkan efek samping
berbahaya, tetapi beberapa orang memiliki alergi bila mengonsumsi MSG secara
berlebihan, seperti gejala pusing, mati rasa yang menjalar dari rahang sampai
belakang leher, sesak nafas, leher dan dada panas, keringat dingin, bahkan
dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan resiko pertumbuhannya sel-sel
kanker. Kondisi ini pada umumnya dialami seseorang 15-20 menit sehabis
menyantap masakan China di rumah makan. Masakan China memang dituding paling
banyak mengandung MSG. Karena itulah gejala-gejala yang dialami ini disebut
Chinnese Restaurant Syndrome. Jika dilihat dari fisiknya, gejala seseorang yang
memiliki alergi setelah menyantap masakan-masakan yang mengandung kadar MSG
lebih adalah peradangan pada kulit menjadi panas dan gatal yang berlebihan,
kulit menjadi merah dan kasar, terdapat goresan luka pada kulit yang
menyebabkan kulit mengelupas dan bengkak, serta dapat mengeluarkan nanah yang
berwarna kuning kental pada peradangannya tersebut. Itulah gejala-gejala yang
dialami seseorang pengidap penyakit alergi akut pada michin atau MSG, misalkan
penyakit eksim.
Dampak
buruk lain yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi makanan yang mengandung MSG
secara berlebihan diantaranya adalah:
1. Mengalami obesitas,
gangguan lambung, mual-mual dan diabetes
2. Terkena Alzheimer
(pikun) dan penurunan kecerdasan
3. Migrain, kebutaan dan
mulut kering
4. Gangguan tidur,
hipertensi dan asma
5. Membuat indera perasa
menjadi kebal sehingga merasa ketagihan untuk mengonsumsinya
6. Kerusakan beberapa sel
syaraf di dalam bagian otak (Hypothalamus) pada bayi
7. Meningkatkan resiko
kanker hati dan gangguan pencernaan
8. Kerusakan hati, jantung,
otak, limfa dan sistem saraf pusat
Reaksi
terhadap MSG dapat terjadi kapan saja, dari mulai segera setelah mengonsumsi
MSG sampai beberapa hari kemudian. Jika seseorang sudah terpaksa harus
mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, sebaiknya mengonsumsi terlebih dahulu
sayur-sayuran atau buah-buahan karena sayur dan buah mengandung serat yang
dapat meminimalkan penyerapan MSG dalam tubuh. Bahan pengganti dari MSG yang
biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang adalah bubuk kecap, garam, gula pasir,
bawang putih, ebi, atau bahkan tidak sama sekali menggunakan penyedap citarasa.
Sebaiknya juga setiap manusia dianjurkan untuk makan makanan dalam bentuk yang
paling alami karena tubuh manusia diciptakan untuk mencerna makanan buatan
alam, bukan diciptakan untuk menyerap zat sintetis buatan manusia.
***
Sumber Referensi :
Sumber Gambar:
0 komentar:
Posting Komentar